Potret Buram Sekolah Berbasis Internasional Muba

SEKAYU, Sky BSS - Kabupaten Musi Banyuasin (MUBA) adalah salah satu kabupaten yang sangat memperhatikan pendidikan. Hal  ini terbukti saat H.Alex Noerdin petama kali mengumumkan sekolah gratis di bumi Serasan Sekate.

Seperti  SMAN 2 Unggulan yang bertaraf  Internasional bahkan kini hadir pula  SMPN 6 yang juga merupakan salah satu SMPN Unggulan  di  Muba, Namun perjuangan sang pelopor yang begitu gemilang harus tercoreng oleh tingkah laku oknum yang tidak bertanggung jawab kata Saman Dul sebut saja demikian salah seorang wali murid.
Lebih lanjut kata sumber tadi , SMPN 6 para siswanya merupakan murid-murid yang terampil, cerdas, pandai dan sebagainya .” Kita akui pelajarannyapun berbeda di banding dengan sekolah lain, namun yang disesali mangapa sekolah tersebut sudah disebut sebagai sekolah unggulan,  mengapa materi pelajaran yang di berikan oleh para guru tidak dapat di cari di sekolah  dan mereka terpaksa mencari pelajaran itu di internet. Dalam satu minggu para siswa di beri pekerjaan rumah yang harus di ambil dari internet,” ujarnya.
Menurut dia sebenarnya itu  sangat bagus untuk kemajuan para siswa, namun sang guru lupa akan satu hal semua siswanya ada yang kos di Sekayu yang hidup jauh dari orang tua bahkan untuk biaya sehari-hari saja mereka dapat kiriman perbulan.”Walau  kita tahu  di sekolah itu ada anak Bupati, tapi tidak seluruh siswa yang orang tuanya mampu, sedangkan untuk mengerjakan PR mereka harus ke warnet yang bisa menghabiskan uang berkisar Rp. 20 s/d 30 ribu untuk satu PR , kalau satu minggu 3 PR yang mesti di kerjakan, di mana yang namanya sekolah gratis,” ungkapnya.
Menurut salah seorang wali murid yang tak ingin namanya di sebutkan mengatakan  sekolah unggulan adalah  sekolah yang di prioritaskan  oleh pemerintah, ternyata sekolah unggulan harus  unggul dari dana yang dikeluarkan muridnya.”Saya harap  fasilitas sekolah  dilengkapi, apa saja yang  dibutuhkan siswa dan guru dalam kegiatan belajar mengajar dilengkapi,”katanya. .
Mengomentari perihal ini salah satu siswa  GR mengatakan,” kami juga kekurangan buku cetak buktinya kalau ada PR kami harus datang ke rumah kawan yang ada bukunya,  sehingga kami baru  pulang kerumah pukul  17.00 Wib. “Mendingan kalau teman yang ada buku tersebut dekat,  ini ada yang di GMP, ada yang di Prajamukti, kalau memang sekolah buku pinjamannya tidak cukup kenapa guru tidak anjurkan beli saja biar kami bisa menimba ilmu tanpa ada batasannya, saya saja sering di marahi kenapa tidak belajar, lah ‘buku bacaannya tak ada,  mau belajar pakai buku apa, mau belajar buka komik apa’,” kata GR dengan lugu.
Sementara itu  kepala sekolah SMPN 6 saat  dikonfirmasi,  menurut stafnya ibu sedang ke Palembang karna anaknya sedang di rawat di rumah sakit.
Sedangkan Kepala Bidang Pendidikan Menegah Diknas Muba Yohanes Yubhar melalui ponselnya mengatakan perihal  permasalahan itu  silahkan hubungi  dirinya melalui pesan singkat,  namun sayang sampai berita ini di turunkan belum ada jawaban dari Yohanes . (Bra/Swan)

0 komentar: